Virtual reality atau VR seringkali dikaitkan dengan industri gaming. Hal ini menjadi wajar karena banyaknya game virtual reality yang beredar di pasaran saat ini. Industri gaming kemudian membuat banyak orang mengetahui teknologi VR.
Namun nyatanya VR tidak hanya digunakan dalam game. Saat ini banyak perusahaan di berbagai bidang yang telah menggunakan teknologi canggih tersebut. Salah satu contohnya adalah penggunaan virtual reality dalam kesehatan.
Dalam bidang kesehatan, teknologi canggih ini dapat membantu dokter dalam melakukan operasi. Salah satu contoh penggunaannya ada di Brazil baru-baru ini. Suatu tim dokter di negara tersebut telah berhasil memisahkan balita kembar siam melalui operasi dengan bantuan virtual reality. Bagaimana caranya?
Salah Satu Operasi Pemisahan Paling Kompleks
Kejadian ini dimulai saat balita kembar siam berumur tiga tahun akan menjalani operasi pemisahan anggota tubuh keduanya. Kedua balita tersebut dirujuk dari rumah sakit Great Ormond Street di London untuk menjalani operasi di kota Rio de Janeiro.
Untuk memisahkan anggota tubuh mereka, tim dokter mencoba memanfaatkan teknologi virtual reality dalam kesehatan. Mereka mencoba memproyeksikan tubuh balita kembar siam dalam VR. Proyeksi ini didapat dari hasil CT Scan dan MRI Scan pada kedua balita tersebut. Tim dokter menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menguji metode proyeksi virtual reality ini.
Operasi ini pun didanai oleh yayasan Gemini Untwined yang dibuat pada tahun 2018. Menariknya, yayasan ini juga dibangun oleh salah satu ahli bedah yang ikut serta dalam operasi ini yaitu Noor ul Owase Jeelani.
Noor bahkan menyebutkan operasi pemisahan ini menjadi salah satu operasi paling kompleks yang pernah didanai oleh yayasannya. Terutama dengan penggunaan virtual reality dalam kesehatan yang masih bisa dibilang baru.
Saat proses pemisahan, balita kembar siam tersebut dioperasi sebanyak tujuh kali. Durasi dalam operasi terakhir saja memakan waktu lebih dari 27 jam. Operasi ini bahkan membutuhkan seratus staf medis.
Menurut Noor, operasi pemisahan ini merupakan operasi pertama yang melibatkan banyak ahli bedah tanpa berada di tempat yang sama. Menariknya, para ahli bedah tersebut berasal dari berbagai negara yang berbeda. Mereka dipersatukan melalui ruangan operasi virtual menggunakan headset VR.
Mengantisipasi Kemungkinan Gagal Menggunakan VR
Berbicara tentang aspek virtual reality dalam kesehatan, Noor selaku ahli bedah merasa takjub dengan teknologi VR. Para ahli bedah dapat melihat anatomi dan mensimulasikan operasi sebelum diterapkan pada pasien. Hal ini tentu dapat meminimalisir risiko saat melakukan operasi.
Dia juga mengatakan bahwa berbagai upaya sebelumnya telah dilakukan untuk memisahkan balita kembar siam ini. Namun upaya tersebut gagal karena anatomi yang rumit dan prosedur dengan risiko tinggi.
Berkat teknologi VR, operasi yang seharusnya sangat sulit bagi para ahli bedah dapat dilakukan dengan lancar. Setelah operasi selesai, tekanan darah dan detak jantung kedua balita normal. Mereka akhirnya dapat berpegangan tangan setelah 4 hari.
Lihat juga: Bukan Game Saja, VR untuk Kedokteran Gigi adalah Masa Depan
Mengharukan bukan bagaimana sebuah teknologi dapat mengubah hidup kedua kembar balita ini? Hal ini membuktikan pemanfaatan teknologi virtual reality dalam kesehatan memiliki potensi besar. Suatu saat, mungkin Indonesia dapat menerapkan teknologi ini untuk bidang kesehatan. Jika kamu tertarik dengan perkembangan virtual reality, klik di sini untuk membaca informasi terbaru!