Teknologi augmented reality (AR) saat ini telah berkembang pesat. Kita dapat menemukan teknologi tersebut pada berbagai bidang dari pemasaran hingga pariwisata. Hal ini karena semakin banyaknya perusahaan yang menggunakan teknologi AR.
Saat ini teknologi AR hadir sebagai salah satu teknologi imersif yang canggih. Setiap harinya, teknologi ini semakin berkembang dan banyak digunakan oleh perusahaan. Bagaimanakah sejarah augmented reality hingga bisa secanggih sekarang?
Konsep pada Novel di Tahun 1901
Pada awal abad ke-20, konsep Augmented Reality pernah dibayangkan oleh seorang penulis terkenal. Dalam novelnya The Master Key, Frank Baum yang merupakan penulis “The Wizard of Oz”, menjelaskan beberapa fitur Google Glass. Menariknya teknologi ini baru muncul lebih dari 100 tahun kemudian.
Dalam novelnya, dia berbicara tentang kacamata yang memungkinkan pemakainya untuk melihat proyeksi huruf. Menurutnya, proyeksi huruf tersebut dapat terlihat di depan dahi yang dia temui.
Saat menggunakan kacamata tersebut, setiap orang yang kamu temui akan memiliki huruf khusus di dahi, yang sesuai dengan karakternya. Orang yang baik akan diberi huruf G, sedangkan yang jahat huruf E serta Orang bijak akan ditandai dengan W.
Meskipun terlihat seperti dongeng, konsep ini sebetulnya mirip dengan cara kerja augmented reality saat ini. Dengan mengarahkan kacamata atau alat AR pada objek, kamu dapat melihat proyeksi 3D benda tersebut. Penjelasannya terlihat mirip bukan?
Baca juga: Dapat Kekuatan Super dari Augmented Reality, Gimana Caranya?
Sejarah Augmented Reality Pertama pada Tahun 1968
Sejarah augmented reality baru benar-benar ada semenjak tahun 1968. Insinyur Ivan Sutherland diakui sebagai salah satu pelopor dalam sejarah Augmented Reality. Bahkan pada tahun 1960-an, ia merancang perangkat lunak simulasi visual dan pemodelan 3D Sketchpad.
Pada tahun 1968, perangkat dengan tampilan 3D yang dipasang di kepala dibuat pada Universitas Salt Lake City, di Amerika Serikat. Sepasang kacamata tersebut dibuat untuk melihat gambar dalam 3D.
Kacamata tersebut bisa dibilang nenek moyang dari Google Glass. Karena berat dan instalasi yang sulit, kacamata ini dijuluki “pedang Damocles”. Untuk memakainya, kacamata ini perlu digantung dari atas untuk menopang beratnya dan pengguna harus diikat ke perangkat untuk sensasi yang lebih imersif.
Pada tahun 1980, Steve Mann mengembangkan EyeTap, sebuah helm yang menampilkan informasi virtual di depan mata pengguna. Alat tersebut merupakan model pertama dari headset augmented reality yang fungsional. Hingga saat ini konsep EyeTap masih ada, meskipun telah diasah hingga menjadi lebih kecil dan praktis.
Augmented Reality Saat ini
Pada tahun 2010-an Augmented Reality menjadi bersinar dalam industri periklanan. Perusahaan besar seperti Disney, Coca Cola atau Pepsi memanfaatkan AR untuk menciptakan operasi komersial skala besar. Mereka menggunakan layar yang ditempatkan di berbagai tempat seperti halte bis.
Snapchat menjadi media sosial pertama yang memperkenalkan AR ke penggunanya. Aplikasi ini pertama kali memperkenalkan “geofilters” pada tahun 2014. Filter tersebut berbentuk sebuah frame yang akan berubah bentuk sesuai dengan latar kota tempat kamu berada.
Kemudian, AR juga jadi perhatian kalangan gamers saat Pokemon GO diluncurkan. Dirilis pada tahun 2016, game ini memanfaatkan augmented reality sebagai inti dari gameplay-nya. Para pemain dapat menelusuri berbagai tempat di dunia nyata secara langsung dengan smartphone mereka untuk mendapatkan Pokemon yang tersembunyi atau berada di banyak tempat.
Lihat: Kacamata AR Face Recognition Kontroversial Yang Digunakan Angkatan Udara AS
Aplikasi seperti Snapchat dan Pokémon GO membantu industri AR berkembang hingga saat ini. Itulah sejarah augmented reality secara singkat hingga bisa berkembang secanggih sekarang. Jika kamu tertarik dengan augmented reality, kamu dapat mengunjungi smarteye.id untuk mengetahui informasi menarik lainnya!