Kacamata AR Face Recognition Kontroversial Yang Digunakan Angkatan Udara AS 

Kacamata AR Face Recognition Kontroversial Yang Digunakan Angkatan Udara AS 

Informasi Lengkap Terkait Kacamata AR dengan Teknologi Face Recognition Kontroversial yang Digunakan Angkatan Udara AS!

AR Face Recognition
Photo by Wired  

Teknologi Augmented Reality (AR) merupakan salah satu teknologi canggih yang mulai banyak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Beberapa platform sosial media sendiri sudah banyak menggunakan teknologi AR untuk membuat filter wajah berbagai efek.

Teknologi AR sendiri dapat menggabungkan dan mengidentifikasi objek di dunia nyata dan digital secara langsung. Salah satu pengembangan yang tengah dilakukan pada AR adalah perpaduan teknologi artificial intelligence (AI) untuk membentuk fitur face recognition. Perpaduan kedua teknologi tersebut sudah banyak diteliti untuk digunakan pada berbagai kebutuhan bisnis perusahaan.

Baca juga: Augmented Reality Microsoft Untuk Militer 

Awal Mula Kontroversi Kacamata AR Face Recognition

Kontroversi Face Recognition
Photo by BBC

Clearview AI merupakan perusahaan swasta asal Amerika Serikat (AS) yang menyediakan platform face recognition untuk perusahaan besar dan pemerintahan. Mereka menyediakan teknologi mutakhir untuk membantu menyelidiki pencarian pelaku kasus kejahatan internasional melalui database berupa 30 juta gambar wajah yang berfungsi untuk mengidentifikasi pelaku. Perusahaan ini telah didukung oleh banyak investor besar salah satunya yaitu Meta.

Pada tahun 2020, Clearview AI telah menyetujui kontrak untuk meneliti kacamata AR milik Angkatan Udara AS . Penelitian kacamata AR ini menimbulkan kontroversi di kalangan aktivis dan mengajukan gugatan atas pelanggaran privasi. 

Gugatan tersebut dilayangkan sebab Clearview AI diduga membuat database untuk mengumpulkan 10 milliar gambar wajah yang didapatkan dari Meta. Gambar tersebut akan digunakan untuk keperluan Angkatan Udara AS yaitu mengidentifikasi pelaku kejahatan.

Kelanjutan Penelitian Kacamata AR 

Meskipun sudah mendapat gugatan dari para aktivis dan American Civil Liberties Union, Clearview AI masih melanjutkan penelitiannya. Clearview AI sendiri juga telah menandatangani kontrak sebesar US$ 50.000 dengan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk pengembangan kacamata AR lebih lanjut.

CEO Clearview, Hoan Ton-That mengatakan bahwa perusahaannya akan terus berjalan dan melakukan percobaan untuk meningkatkan kemampuan serta keamanan yang ditawarkan produk kacamata AR-nya. Hoan Ton-That juga menegaskan bahwa produk kacamata AR-nya tidak akan menggunakan data gambar 10 miliar orang seperti yang dikatakan oleh penuntutnya.

Selain Angkatan Udara AS, jasa Clearview AI sebenarnya sudah digunakan beberapa brand lain seperti NBA dan Macy’s. Kerjasama tersebut dilakukan untuk menggabungkan teknologi AR serta pengenalan wajah pada platform mereka. Tidak mengherankan Clearview AI telah bekerjasama dengan pemerintah AS seperti FBI dan Penegakan Bea Cukai Imigrasi (ICE). 

Terkait tuntutan yang ada, Clearview AI menegaskan bahwa tujuan kerjasama mereka dengan Angkatan Udara AS adalah untuk menyelamatkan nyawa atas izin pemerintah AS. Meskipun begitu, kelanjutan kerjasama dan penelitian dari kedua pihak masih menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang. 

Bagaimana tidak? Teknologi yang dikembangkan ini dapat membuat penegak hukum untuk bertindak secara satu pihak, yang dapat menyebabkan kesalahan identifikasi identitas pelaku kejahatan.


Itulah salah satu contoh penerapan teknologi augmented reality yang kontroversial meskipun masih dalam tahap penelitian saja, lho! Bagaimana pendapatmu tentang hal tersebut? 

Tetapi tentu saja masih banyak penerapan teknologi augmented reality dengan fitur pengenalan wajah yang tidak kalah menarik dan telah berhasil diterapkan di berbagai industri. Seperti kesehatan, pendidikan, serta manufaktur pun sudah menerapkan augmented reality. Ketahui lebih lanjut mengenai penerapan teknologi augmented reality di berbagai industri dengan konsultasi gratis bersama smarteye.id sebagai penyedia jasa VR AR terbaik di Indonesia.

Margaret Wuwur

Margaret Wuwur

Besides analyzing data, data, data. Sometimes I write too, somewhere and sitting on a black chair.