Masih ingatkah kamu dengan himbauan dokter gigi saat kita masih kecil? Sikat gigi 2 kali sehari, membatasi makan permen, hingga periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
Menjaga kesehatan gigi sejak dini memang penting, agar saat dewasa menjadi kebiasaan baik yang terus dijaga. Tak cuma untuk kesehatan gigi itu sendiri, tapi juga untuk berbagai kebutuhan kesehatan lainnya.
Oleh karena itu, perkembangan teknologi kedokteran gigi juga dituntut untuk selalu cepat agar perawatan yang diberikan juga optimal. Salah satunya adalah keberadaan teknologi virtual reality atau VR untuk kedokteran gigi.
Kabarnya, ada 2 profesor asal Indonesia yang berkontribusi simulasi VR untuk kepentingan pendidikan kedokteran gigi. Bagaimana kontribusi ini bisa memajukan industri kedokteran gigi? Yuk, simak info lebih lanjut di sini!
Awal VR untuk Kedokteran Gigi, Kolaborasi untuk Calon Dokter Gigi
Secara umum, pendidikan medis memerlukan simulasi praktik. Mahasiswa kedokteran perlu melakukan latihan berulang kali agar mencapai kompetensi yang diinginkan.
Sayangnya, pandemi memaksa semua orang untuk melakukan pembatasan sosial. Padahal kompentensi calon dokter gigi tidak harus tetap dipacu agar tetap memberikan layanan dengan baik.
Untungnya, ada dua professor asal Indonesia yang berada di Amerika Serikat berhasil mengembangkan program virtual reality untuk melatih para calon dokter gigi di bangku Universitas. Metode ini menjadi alternatif pembelajaran di saat pandemi seperti saat ini.
Mereka adalah Cortino Sukotjo, pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Illinois dan Markus Santoso, pakar teknologi imersif dai Universitas Florida. Dengan keahlian masing-masing kedua orang ini berkolaborasi mengembangkan teknologi virtual reality dalam dunia kedokteran.
Lihat juga: “Dunia properti juga sudah merasakan manisnya virtual reality“
Masa Depan Implan Gigi
Markus Santoso (kiri) dan Cortino Sukotjo (kanan) dalam sebuah webinar penemuan mereka. Sumber: voaindonesia.com
Proses kolaborasi Cortino dan Markus tentu tidak mudah. Dimulai dari pemberian pelatihan pemasangan implan gigi oleh Cortino dan Markus. Hingga kemudian diskusi, tes dan riset dilangsungkan bersama para mahasiswa.
Para mahasiswa yang turut melakukan uji coba implan gigi merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Mereka mengaku program simulasi implan gigi ini sangat membantunya dalam memahami tata urutan pemasangan gigi. Mereka seolah-olah berada pada klinik gigi dengan pasien manusia asli.
Selain mendukung pembatasan sosial, penggunaan perangkat teknologi VR kedokteran gigi ini mampu meningkatkan kompetensi mahasiswa. Karena mereka bisa berlatih sendiri di rumah, tanpa ada batasan waktu dan tempat.
Meski, pertemuan tatap muka tetap diperlukan saat kondisi sudah normal. Setidaknya dengan kemunculan VR untuk kedokteran gigi ini adalah batu loncatan bagi penemuan-penemuan VR untuk kedokteran gigi lainnya.
Bahkan, VR untuk kedokteran umum juga bisa terinspirasi dari VR untuk kedokteran gigi ini. Saat ini saja, Cortino dan Markuz uga sedang mengembangkan beberapa program sosial VR. Program ini diharapkan bisa memfasilitasi pengajar dan mahasiswa untuk berinteaksi secara intens dalam sebuah klinik.
Dari sini kita bisa tarik kesimpulan bahwa penemuan VR untuk kedokteran gigi, khususnya perangkat simulasi implan gigi, bukan hanya masa depan bagi dunia kedokteran gigi. Tapi, kontribusi nyata bagi kedokteran secara umum.
Bukan tidak mungkin, ke depannya simulasi seperti implan gigi akan terus berkembang hingga perangkat simulasi pemindahan jantung. Tentu semua itu akan membawa kebaikan bagi umat manusia.
Tren Teknologi Gigi
Seiring kemajuan teknologi, inovasi baru terus berkembang. Selain virtual reality, berikut beberapa tren teknologi yang diprediksi hadir di masa mendatang:
3D Printing
Pasar teknologi pencetakan 3D dokter gigi diperkirakan akan tumbuh lebih dari 10% antara tahun 2022 hingga 2026. Pada tahun 2028, pasar gigi global ini bisa mencapai US$7.22 miliar.
Printer gigi 3D bisa membuat model cetakan pada gigi pasien. Printer ini bisa bermanfaat untuk melindungi mulut secara sederhana.
Dokter bisa mendesain gigi secara digital menggunakan perangkat ini. File ini kemudian bisa ditransfer untuk kemudia dicetak menjadi produk 3D.
Sistem desain 3D printing untuk gigi bisa membantu membuat retainer khusus. Printer 3D ini bisa mencetak produk implan gigi seperti sekrup dan pemandu bor secara presisi ya.
Artificial Intelligence
Algoritma cerdas berbasis AI mengembangkan metode pembelajaran mesin untuk mengolah dan menganalisis data. Inovasi teknologi yang satu ini bisa mendiagnosis, memprediksi, dan mendeteksi dengan kecepatan serta akurasi luar biasa.
Dalam dunia dokter gigi, algoritma pembelajaran mesin bisa mendeteksi karies hingga memprediksi perawatan gigi. Algoritma ini bisa memberikan wawasan seputar informasi kesehatan mulut.
Augmented Reality
Augmented reality merupakan informasi digital yang ditambahkan ke lingkungan fisik. Inovasi ini juga bisa digunakan dalam dunia kedokteran gigi. Sebagai contoh ialah untuk menyediakan akses secara cepat ke catatan pasien, perawatan gigi, dan perawatan medis.
—–
Itulah manfaat teknologi virtual reality untuk industri kedokteran gigi. Masih banyak kegunaan teknologi seperti virtual reality, augmented reality dan lainnya.
Kalau kamu ingin tahu lebih banyak informasi tentang teknologi terkini atau baca artikel-artikel terkait teknologi canggih, kunjungi smarteye.id!