Perkembangan dunia teknologi yang makin pesat dan meningkat membuat masyarakat juga ingin mengikutinya. Salah satunya adalah teknologi Virtual Reality. Tak cuma untuk mendukung industri, teknologi ini juga dapat digunakan untuk pengobatan, yakni terapi VR. Bagaimana cerita lengkapnya?
Informasi Lengkap Seputar Terapi VR untuk Kamu!
Virtual Reality merupakan sebuah teknologi canggih yang akhir-akhir ini banyak digunakan pada berbagai industri. Untuk penggunaannya, dibutuhkan perangkat berupa VR headset yang dapat memberikan layanan virtual kepada penggunanya seakan-akan berada di dimensi lain. Ada berbagai macam hal yang bisa dilakukan seperti simulasi, VR tour, bermain game, hingga keperluan promosi suatu brand.
Tetapi tidak hanya untuk hiburan, ternyata ada penemuan tentang Virtual Reality juga dapat digunakan untuk terapi. Dari mulai terapi untuk menyembuhkan gangguan jiwa hingga terapi VR untuk atasi fobia terhadap ketinggian.
Setidaknya ada 1 dari 20 orang di dunia yang mengidap fobia ketinggian atau yang biasa disebut acrophobia. Pengidap fobia ini akan berusaha menghindari hal-hal yang berhubungan dengan ketinggian seperti menaiki pesawat, menaiki tangga tinggi dan sebagainya.
Fobia ketinggian menyebabkan kecemasan yang cukup ekstrim untuk penderitanya. Pada dasarnya, fobia apapun menyebabkan seseorang takut yang berlebihan akan sebuah objek. Acrophobia adalah salah satu jenis yang popular diderita oleh manusia. Adanya fobia ini akan dapat mengganggu kehidupan sosial dan kehidupan pekerjaan. Contohnya, pada saat berpergian naik pesawat atau mendatangi tempat yang cukup tinggi.
Mampukah Terapi VR Atasi Fobia Ketinggian?
Di Indonesia sudah ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh penderita fobia ketinggian. Yang pertama ada terapi perilaku. Bagi pengidap level fobia ekstrim, terapi ini dapat dilakukan terlebih dahulu, sebelum mengikuti terapi yang lebih lanjut. Penderita bersama pengawas (atau dokter) akan mencoba merubah persepsi negatif terhadap objek.
Yang kedua adalah terapi menggunakan obat. Walaupun tidak dapat menghilangkan rasa takut secara permanen, namun terapi ini disarankan bagi pengidap fobia yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Pemberian terapi obat ini tentunya harus berada di bawah pengawasan dokter yang bertanggung jawab.
Yang terakhir adalah terapi paparan. Pada terapi ini, penderita akan pelan-pelan melihat visual dari objek atau barang yang mereka takuti. Bagi acrophobia, terapi ini bisa diawali dengan memberi gambar yang sesuai dengan sudut pandang penderita seperti sedang berada di ketinggian. Selanjutnya dengan memperlihatkan video tentang seseorang yang sedang mendaki, berada di gedung tinggi ataupun yang berhubungan dengan situasi di ketinggian. Terapi paparan ini bisa dilakukan dengan simulasi dengan penggunaan VR headset. Dimana penggunanya dapat merasakan sensasi berada di ketinggian seperti pada aslinya. Namun untuk hal ini, pengguna harus didampingi oleh seseorang untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Tim riset dari Universitas Basel telah membuktikan bahwa penggunaan Virtual Reality sebagai salah satu terapi fobia ketinggian dapat membantu penderitanya mengurangi ketakutan tersebut.
Tahukah Anda? Virtual reality juga mampu digunakan untuk mengatasi depresi lho!
Hasil Riset yang Mengagumkan
Sebuah riset menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi EASYHEiGHTS secara berulang dapat meningkatkan perilaku dan keadaan subjektif dari penderita acrophobia. EASYHEiGHTS sendiri merupakan sebuah aplikasi simulasi Virtual Reality yang bisa digunakan dengan VR Headset. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat masuk ke dalam sebuah simulasi, dan kemudian dilatih untuk dapat menjadi lebih tenang dan tidak takut saat berada di tempat tinggi.
Orang-orang yang memiliki tingkat ketakutan hingga level menengah dapat melakukan sesi terapi sendiri. Namun untuk pengidap level fobia yang ekstrim, dianjurkan untuk mempunyai pengawas pada saat simulasi berlanjut.
Sebuah tim peneliti mencoba untuk mempelajari kemanjuran penggunaan aplikasi EASYHEiGHTS dalam uji coba terkontrol secara acak. Pada percobaan ini, terdapat lima puluh peserta uji coba yang mengidap acrophobia. Bagi para peserta yang dapat berhasil mengikuti program pelatihan ketinggian selama empat jam (1 sesi 60 menit dan 6 sesi 30 menit selama dua minggu), maka mereka akan menggunakan aplikasi EASYHEiGHTS untuk terapi VR. Sedangkan peserta yang tidak dapat menyelesaikan sesi pelatihan akan masuk ke dalam kelompok kontrol (control group).
Para peserta uji coba penelitian ditantang untuk menaiki menara Uetliberg di Zurich, sebelum dan sesudah fase pelatihan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah peserta dapat mengatasi ketakutan mereka terhadap ketinggian. Para peneliti lalu mencatat tingkat ketinggian yang dicapai para peserta uji coba dengan tingkat ketakutan subjektif mereka di setiap tingkat menara. Peneliti kemudian mengevaluasi hasil dari 22 peserta yang menyelesaikan pelatihan EASYHEiGHTS dan 25 peserta dari control group di akhir uji coba.
Hasilnya, kelompok yang menyelesaikan pelatihan dengan menggunakan aplikasi EASYHEiGHTS menunjukkan lebih sedikit rasa takut di menara dan mampu naik lebih tinggi dibanding sebelum pelatihan dimulai. Namun, peserta dari control group tidak menunjukkan perubahan positif yang signifikan. Kemanjuran pelatihan EASYHEiGHTS terbukti sebanding dengan terapi konvensional yang sudah dilakukan sebelum ada teknologi VR ini.
Kurangi Fobia Ketinggian
Untuk Anda yang memiliki fobia ketinggian, jangan khawatir! Dengan terapi VR ini, Anda bisa melatih diri untuk berada di tempat tinggi dengan pemandangan yang berbeda. Tentunya, terapi VR ini lebih menyenangkan dibanding metode terapi konvensional pada umumnya. Jika Anda ingin mengetahui bagaimana terapi ini dijalankan, ada begitu banyak pilihan simulasi yang sama di Youtube, yang juga menyediakan penglihatan di tempat tinggi menggunakan VR headset. Salah satu contoh yang pernah mencoba simulasi ketinggian adalah salah satu member Stray Kids, grup Kpop dari Korea Selatan ternama bernama Lee Know lho!
Terapi VR untuk Bantu Penderita PTSD
Selain membantu penderita mengurangi rasa takut akan ketinggian, beberapa percobaan juga telah dilakukan untuk membantu penderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Melalui terapi VR, penderita akan memasuki kembali memori buruk yang ada di pikiran mereka, untuk dapat perlahan mencoba menjalaninya.
Salah satunya adalah Chris Merkle. Chris merupakan seorang tentara Amerika Serikat (AS) yang ditugaskan ke Irak dan Afghanistan pada tahun 2013 lalu. Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai tentara dan kembali ke AS, Chris divonis menderita PTSD akibat berada di dalam zona perang terlalu lama dan tidak dapat memisahkan realitas dengan pikirannya.
Setelah sadar bahwa dia butuh bantuan, Chris pun kemudian datang ke psikolog. Namun, dia tidak bisa mengikuti terapi tradisional berbicara karena merasa belum siap untuk menceritakan kembali memorinya. Akhirnya, Chris datang ke Rumah Sakit Kementerian Veteran AS untuk mendapatkan terapi melalui VR.
Awalnya, Chris merasa kewalahan dan tidak dapat mengontrol emosinya karena simulasi yang diberikan sama persis seperti saat dia berada di Irak dan Afghanistan. Namun, setelah beberapa sesi, berbagai memori yang sebelumnya dilupakan Chris saat berada di zona perang kembali. Salah satunya adalah nama tentara lain yang duduk disebelahnya saat di truk.
Dr. Difede; Direktur Pengembangan VR di University of Washington, juga mengatakan bahwa 16 dari 20 pasien PTSD yang mengikuti terapi VR dinyatakan sembuh, setelah mengikuti beberapa sesi wajib. Hal ini tentu saja membuktikan bahwa terapi menggunakan VR berhasil dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan kesehatan.
Terapi fobia ketinggian menggunakan headset Virtual reality ini sudah terbukti menjanjikan untuk menghilangkan ketakutan Anda, tunggu apa lagi?
Tertarik untuk menggunakan teknologi Virtual Reality ataupun Augmented Reality pada bisnis Anda? Ceritakan kepada kami, dan kami akan membantu Anda. Klik di sini untuk konsultasi gratis!