Teknologi pengenalan wajah atau facial recognition kini sudah ada di sekitar kita, bahkan sudah digunakan untuk berbagai keperluan. Misalnya membuka kunci smartphone, verifikasi identitas seseorang, hingga menangkap pelaku kejahatan. Jadi, facial recognition bukan cuma ada di film detektif atau agen rahasia ya! Tapi sudah ada di sekitar kita.
Namun baru-baru ini Facebook mengumumkan bahwa mereka telah menonaktifkan software facial recognition dari platform mereka. Secara otomatis, mereka juga menghapus kemampuan pengenalan wajah pada jutaan pengguna Facebook di seluruh dunia. Apa yang mendasari keputusan tersebut?
Isu Privasi dan Kebebasan Sipil
Sebagai informasi, pada saat fitur facial recognition diterapkan di Facebook, persoalan privasi pun mulai mencuat ke permukaan. Lembaga The American Civil Liberties Union (ACLU) bahkan menganggap bahwa teknologi pengenalan wajah ini merupakan sebuah ancaman yang belum pernah terjadi pada privasi dan kebebasan sipil.
Sementara itu, lembaga kajian The Lincoln Center for Applied Ethics di Arizona State University juga ikut menanggapi isu semacam ini. Mereka tertarik untuk mengulik bagaimana teknologi dan manusia berinteraksi membentuk sebuah lingkungan baru. Center Director Elizabeth Langland dan Associate Director Gaymond Bennett memberikan pandangannya tentang isu etika pada teknologi facial recognition.
Apakah Facial Recognition Punya Implikasi Etis?
Perlu dipahami bahwa hasil pengenalan wajah (facial recognition) tidak selalu akurat. Elizabett Langland mengungkapkan adanya kasus salah tangkap yang dilakukan oleh polisi pada seorang pria. Parahnya, penangkapan itu dilakukan di depan anak korban salah tangkap tersebut. Untungnya, ia hanya ditahan beberapa jam saja. Kasus ini tentu menjadi contoh betapa fatalnya jika sebuah keputusan hanya didasarkan pada facial recognition, karena memang hasilnya tidak akurat.
Gaymon Bennet juga memahami isu privasi pada facial recognition ini. Ia menambahkan bahwa yang paling penting adalah bagaimana para aktor (dalam hal ini para pemilik platform) punya kemampuan mengelola perilaku pengguna. Karena pada dasarnya teknologi itu sifatnya netral.
Tetapi saat teknologi diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari yang rasis dan seksis, netralitas itu pun hilang. Jika ini dibiarkan terjadi, teknologi pengenalan wajah bisa berbahaya, kasus salah tangkap dan semacamnya pun makin banyak terjadi.
Non Aktifkan Facial Recognition: Apakah Sebuah Langkah yang Berarti?
Terkadang memang menonaktifkan itu lebih baik daripada mengaktifkan. Meski teknologi itu netral, bisa digunakan untuk kebaikan ataupun keburukan. Tapi dari 3 juta pengguna, siapa yang bisa menjamin jika fitur pengenalan wajah tidak akan disalahgunakan?
Meski saat ini belum ada hukum tertulis terkait moratorium penggunaan facial recognition, setidaknya Facebook sudah berpartisipasi pada upaya ini. Upaya untuk menjaga privasi pengguna demi hak asasi manusia.
Masyarakat tentu tidak ingin salah langkah. Penundaan pada perkembangan teknologi pengenalan wajah, tentu akan membuka kesempatan besar sekaligus penyalahgunaan. Hal lain yang harus kamu ketahui adalah Facebook bisa kapan pun menghapus data pribadi penggunanya. Hal ini sangat krusial pada sistem ekonomi “terpusat”, yang memungkinkan berbagai perusahaan memanipulasi keinginan penggunanya.
Pada titik ini, Facebook punya posisi yang tidak biasa pada sistem ekonomi semacam ini, karena Facebook mampu mengambil data dari manusia sungguhan (bukan robot). Dan pengambilan data ini yang jadi masalah, karena belum jelas regulasinya. Kamu perlu hati-hati dan menyalakan “rambu bahaya”, mengapa?
Bayangkan saja, Google memang punya data-data kamu tapi mereka tidak tahu circle pertemanan kamu. Sedangkan Facebook, tahu circle pertemanan kamu. Ini artinya, Facebook lebih punya kemampuan untuk “mengikat” orang daripada platform lainnya.
Google cuma bisa mengintai perilaku kita dan merumuskannya menjadi sebuah pola tertentu (patterns), sedangkan Facebook, terus-menerus melekat pada perilaku kita. Ini artinya, kita patut lebih berhati-hati, karena mereka berpotensi memanipulasi seluruh hubungan di dalam platform Facebook.
Bagaimana Agar Facial Recognition Bisa Digunakan Secara Etis?
Skotlandia adalah salah satu negara yang memberikan contoh penggunaan teknologi facial recognition yang baik. Di sana, karena masa pandemi Covid-19, teknologi ini digunakan untuk membayar makanan di restoran. Tanpa sentuhan fisik, transaksi pun bisa dilakukan. Bukan tidak mungkin, jika di masa depan, teknologi facial recognition diterapkan di bandara, tentu proses check in akan lebih cepat.
Selalu ada alasan untuk menggunakan barang atau teknologi, apakah itu karena efisiensinya atau bahkan untuk hiburan? Menurut Bennett, sebuah teknologi yang mampu memberi jalan tengah antara efisiensi dan hiburan akan selalu bermasalah.
Namun di sisi lain, ada pertanyaan lain seputar facial recognition, yakni apakah teknologi ini dapat membantu orang buta? Meski Bennett belum menguji kemungkinan ini, tetapi akan menarik apabila ada kemungkinan ini di masa depan. Jadi, kita tidak bisa berhenti berinovasi hanya karena tidak paham apakah teknologi tersebut akan membahayakan.
Kegunaan Facial Recognition untuk Kebutuhan Lain
Meskipun terdapat pro dan kontra terkait penggunaan teknologi facial recognition, kita tidak dapat menyangkal bahwa teknologi ini juga mempermudah kehidupan manusia. Tidak hanya pada media sosial, teknologi ini telah banyak digunakan di berbagai perangkat pintar seperti smartphone ataupun tablet.
Kira-kira bagaimana teknologi ini digunakan untuk kebutuhan lain, ya? Berikut beberapa penggunaan teknologi pengenalan wajah selain pada media sosial!
Melindungi Sekolah dari Ancaman
Penjualan senjata api yang bebas di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya membuat kasus penembakan akan selalu ada di berbagai daerah. Kasus penembakan ini sendiri biasanya dilakukan di tempat ramai, salah satunya seperti sekolah. Kalau kamu tahu, sudah banyak kasus penembakan yang terjadi di sekolah, yang tentunya menelan banyak jiwa.
Teknologi pengenalan wajah dianggap dapat mengatasi masalah ini. Pihak sekolah dapat memasang CCTV ataupun kamera di setiap bagian sekolah, terutama di pintu masuk. Saat seseorang hendak mendatangi sekolah, pihak sekolah dapat mengetahui identitas orang tersebut dengan teknologi pengenalan wajah.
Tidak hanya itu, pihak sekolah juga dapat mengakses informasi dari pemerintah setempat untuk mengetahui apakah pengunjung sekolah memiliki catatan kriminal atau tidak. Dengan demikian, pihak keamanan sekolah dapat mengantisipasi terjadinya hal buruk.
Validasi Wajah di ATM
Untuk bisa mengambil uang di ATM, kamu tentu harus membawa dan menggunakan kartu debit yang telah terdaftar. Namun, di beberapa negara seperti Tiongkok dan Spanyol, pemilik kartu dapat mengambil uang di ATM tanpa harus menggunakan kartu. Bagaimana caranya?
Beberapa bank besar di Tiongkok dan Spanyol telah menggunakan teknologi pengenalan wajah bagi pengguna yang ingin menarik uang di ATM. Teknologi ini digunakan untuk melakukan validasi pada wajah pengguna, sehingga pengguna dapat mengambil uang dengan mudah.
Kabarnya, teknologi ini sedang dalam proses pengembangan lebih lanjut agar bisa digunakan di banyak negara.
Berbagai Perusahaan yang Telah Menggunakan Teknologi Facial Recognition
Dari beberapa penggunaan diatas, sudah banyak perusahaan dan lembaga yang menggunakan facial recognition dalam bisnisnya. Tentu bukan hanya perusahaan smartphone dan media sosial yang menggunakan teknologi ini. Perusahaan banyak menggunakan facial recognition untuk pemasaran, fitur dalam produk, atau bahkan dalam penegakan hukum.
Perusahaan mana saja yang telah memanfaatkannya? Di bawah ini merupakan beberapa perusahaan yang telah menggunakan facial recognition!
Samsung, Membuka Smartphone dengan Memindai Wajah
Tentu kamu tidak asing dengan penggunaan facial recognition sebagai salah satu fitur untuk membuka smartphone. Dengan teknologi ini, kamu dapat membuka smartphone tanpa harus mengetik kata sandi. Seiring berkembangnya zaman, memang saat ini hampir seluruh smartphone menengah keatas sudah dilengkapi dengan facial recognition. Perusahaan yang memulai tren ini adalah Samsung, brand teknologi ternama asal Korea Selatan.
Samsung mulai melengkapi smartphone-nya dengan facial recognition pertama pada tahun 2017. Samsung Galaxy S8 dan Note 8 menjadi smartphone pertama yang dilengkapi teknologi iris scanning untuk memindai mata.
Teknologi ini pertama ada pada smartphone Note 7, namun hanya dapat membuka hp dengan memindai mata. Baru kemudian setelah S8 dan Note 8 muncul, teknologi ini mulai naik trennya dikalangan brand smartphone. Hal ini dikarenakan pengguna dapat dengan mudah membuka smartphone hanya dengan melihat layar.
Facebook, Tag Teman dalam Foto secara Otomatis
Seperti yang telah disebutkan diawal, Facebook dapat mengenali circle pertemanan kita melalui database mereka. Dengan itu, perusahaan ini menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk mengenali wajah pengguna Facebook secara otomatis ketika muncul di foto. Hal ini memudahkan orang untuk menemukan foto mereka. Sayangnya fitur ini telah dihapus sepenuhnya sehingga pengguna harus men-tag secara otomatis.
Mobil Hyundai, Menyalakan Mobil Cukup dengan Pengenalan Wajah
Pabrikan mobil asal Korea Selatan, Hyundai Motor baru-baru ini akan memperkenalkan fitur facial recognition pada mobil Hyundai GV 60. Perusahaan tersebut mengklaim pengemudi GV 60 dapat membuka pintu dan menyalakan mobil hanya dengan sistem pengenalan wajah. Teknologi ini bernama Face Connect dan diklaim pertama kalinya diterapkan di mobil.
Untuk dapat menggunakan fitur ini, pemilik GV 60 harus mendaftarkan wajah mereka agar dapat dikenali saat dipindai. Pemilik dapat meregistrasikan dua wajah. Jika Hyundai berhasil, pada ahli menilai teknologi ini dapat merevolusi dunia otomotif dengan kecanggihannya.
Penggunaan Facial Recognition dengan Virtual Reality dan Augmented Reality
Setiap inovasi yang dilakukan pasti akan memiliki sisi positif dan negatif, termasuk dengan teknologi. Selama hal tersebut membawa kebaikan, wajar rasanya jika hal tersebut akan selalu digunakan untuk mempermudah berbagai aspek kehidupan.
Tahukah kamu kalau facial recognition juga dapat digunakan bersamaan dengan Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR)? Jika digunaan bersamaan, tentu ketiga teknologi ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Ingin tahu bagaimana kamu bisa menggunakan ketiga teknologi ini? smarteye.id jawabannya!
smarteye.id merupakan salah satu penyedia teknologi VR dan AR terbaik di Indonesia. Merupakan bagian dari Telkom Indonesia, smarteye.id telah melayani berbagai klien besar seperti Pertamina, Astra International, Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan sebagainya. Kamu juga bisa konsultasikan kebutuhan secara gratis! Tunggu apa lagi, hubungi smarteye.id sekarang juga!